Sistem kesehatan di Amerika Serikat sedang berada di titik kritis, di mana berbagai masalah struktural menghambat upaya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik bagi seluruh rakyatnya. Konflik kepentingan yang mendominasi hubungan antara penyedia layanan kesehatan dan perusahaan asuransi menyebabkan terjadinya fragmentasi dalam pelayanan, yang pada akhirnya mengorbankan kesejahteraan pasien. Situasi ini semakin diperparah oleh biaya kesehatan yang terus meningkat dan hasil kesehatan yang masih jauh dari memuaskan. Namun, di balik semua ini, terdapat peluang besar untuk melakukan reformasi melalui penerapan sistem kesehatan terpadu yang berfokus pada peningkatan hasil kesehatan dan pengelolaan penyakit kronis secara efektif.
Identifikasi Masalah Utama dalam Sistem Kesehatan
Salah satu masalah utama dalam sistem kesehatan Amerika Serikat adalah adanya konflik kepentingan yang terjadi antara penyedia layanan kesehatan dan perusahaan asuransi. Penyedia layanan kesehatan secara inheren termotivasi untuk memaksimalkan jumlah kunjungan dan prosedur medis karena sistem pembayaran yang berbasis volume. Di sisi lain, perusahaan asuransi berusaha menekan biaya dengan meminimalkan pembayaran untuk layanan tersebut. Ketidakseimbangan ini menciptakan fragmentasi dalam pelayanan, di mana pasien sering kali mengalami perawatan yang terputus-putus, tidak efisien, dan tidak terkoordinasi dengan baik.
Dalam teori Agency dalam manajemen kesehatan, agen (penyedia layanan) seharusnya bertindak demi kepentingan prinsipal (pasien). Namun, dalam sistem yang penuh dengan insentif yang saling bertentangan, tujuan agen sering kali menyimpang dari kepentingan utama prinsipal. Hal ini mengarah pada perilaku opportunistic yang merugikan pasien, seperti pengulangan tes yang tidak perlu atau pengobatan yang tidak sesuai.
Lebih lanjut, sistem kesehatan AS juga terjebak dalam siklus biaya yang meningkat secara signifikan. Dengan lebih dari 75% dari $4 triliun pengeluaran kesehatan tahunan dihabiskan untuk manajemen penyakit kronis, sistem ini seakan-akan lebih fokus pada pengobatan daripada pencegahan. Akibatnya, pasien terus-menerus berada dalam kondisi yang memperburuk kesehatan mereka, dan beban finansial yang ditanggung oleh negara semakin berat.
Peluang Reformasi: Menuju Sistem Terpadu yang Berbasis Teknologi
Meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, terdapat peluang yang signifikan untuk melakukan reformasi sistem kesehatan melalui penerapan sistem kesehatan terpadu. Pada tahun 2019, administrasi Trump, di bawah kepemimpinan Seema Verma sebagai direktur Medicare dan Medicaid, mengambil langkah penting dengan memperkenalkan empat kode penagihan baru yang memungkinkan pendanaan untuk manajemen penyakit kronis dan pemantauan jarak jauh secara berkelanjutan. Ini merupakan langkah awal yang sangat penting dalam mengubah sistem kesehatan yang berfokus pada pengobatan menjadi sistem yang berfokus pada pencegahan dan peningkatan kesehatan secara keseluruhan.
Pendekatan ini menempatkan manajemen penyakit kronis di garis depan upaya reformasi. Dengan menggunakan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), machine learning, dan internet of things (IoT), sistem kesehatan dapat menciptakan model perawatan yang lebih proaktif, di mana pasien, khususnya yang menderita penyakit kronis, dapat terlibat secara terus-menerus dan mendapatkan intervensi dini yang diperlukan.
Kecerdasan buatan, misalnya, dapat digunakan untuk memprediksi potensi masalah kesehatan berdasarkan data yang terkumpul secara real-time, memungkinkan penyedia layanan kesehatan untuk melakukan intervensi tepat waktu yang dapat mencegah komplikasi serius. Dengan demikian, penggunaan teknologi tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk memantau kesehatan, tetapi juga sebagai mekanisme untuk meningkatkan hasil kesehatan pasien secara keseluruhan.
Keuntungan dari Sistem Terpadu dan Tantangan yang Harus Dihadapi
Sistem kesehatan terpadu menawarkan berbagai keuntungan, termasuk penurunan biaya kesehatan melalui pengurangan biaya administrasi dan penghapusan proses yang berulang. Dengan adanya aliran informasi yang lancar antara pasien, penyedia layanan, dan perusahaan asuransi, efisiensi operasional dapat meningkat, yang pada gilirannya akan memperbaiki hasil kesehatan pasien. Selain itu, sistem terpadu memungkinkan pemanfaatan sumber daya yang lebih baik dan penekanan yang lebih besar pada pencegahan daripada pengobatan.
Namun, meskipun potensi keuntungan dari sistem terpadu sangat besar, terdapat tantangan signifikan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah resistensi dari berbagai pemangku kepentingan dalam sistem kesehatan yang saat ini ada. Penyedia layanan kesehatan, misalnya, mungkin merasa terancam oleh perubahan yang mengurangi jumlah kunjungan atau prosedur medis yang mereka lakukan, sementara perusahaan asuransi mungkin khawatir tentang peningkatan pengeluaran untuk teknologi baru dan pemantauan yang berkelanjutan.
Selain itu, ada juga tantangan dalam hal implementasi teknologi secara luas. Meskipun kecerdasan buatan dan IoT memiliki potensi yang besar, adopsi teknologi ini secara massal memerlukan investasi yang signifikan dalam infrastruktur dan pelatihan tenaga kerja. Tanpa dukungan yang memadai, ada risiko bahwa teknologi ini akan diterapkan secara tidak merata, yang pada akhirnya dapat memperburuk ketidakadilan dalam akses terhadap perawatan kesehatan.
Penerapan di Indonesia: Pelajaran dari Sistem Kesehatan AS
Bagi Indonesia, pelajaran yang dapat dipetik dari reformasi sistem kesehatan AS adalah pentingnya mengintegrasikan sistem kesehatan dengan teknologi untuk meningkatkan hasil kesehatan. Indonesia, dengan tantangan geografis dan demografis yang unik, dapat memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan akses terhadap perawatan kesehatan di daerah terpencil, sekaligus mengurangi biaya administrasi dan meningkatkan efisiensi operasional.
Sebagai langkah awal, Indonesia dapat memulai dengan mengembangkan infrastruktur untuk pemantauan kesehatan jarak jauh, terutama bagi pasien dengan penyakit kronis yang memerlukan pemantauan berkelanjutan. Dengan memperkenalkan kebijakan pendanaan yang mendukung teknologi ini, pemerintah dapat mendorong adopsi teknologi oleh penyedia layanan kesehatan dan memastikan bahwa semua pasien, terlepas dari lokasi geografis mereka, dapat mengakses perawatan yang berkualitas.
Selain itu, Indonesia juga dapat memanfaatkan data real-time untuk membuat kebijakan kesehatan yang lebih responsif dan berbasis bukti. Dengan mengintegrasikan data dari berbagai sumber, seperti rumah sakit, puskesmas, dan aplikasi kesehatan digital, pemerintah dapat lebih cepat merespons masalah kesehatan masyarakat dan mengalokasikan sumber daya dengan lebih efisien.
Pada akhirnya, reformasi sistem kesehatan di Indonesia harus berfokus pada peningkatan hasil kesehatan pasien melalui pendekatan yang lebih terpadu dan berbasis teknologi. Meskipun tantangan yang dihadapi tidak kecil, potensi manfaat dari reformasi ini jauh lebih besar, dengan hasil akhir berupa masyarakat yang lebih sehat, biaya kesehatan yang lebih terkendali, dan sistem kesehatan yang lebih adil dan efisien.
Integrasi teknologi dalam sistem kesehatan bukan hanya sekadar alat untuk mencapai efisiensi, tetapi juga sarana untuk memastikan bahwa setiap individu di Indonesia dapat mencapai kesehatan yang optimal, tidak peduli di mana mereka berada. Sebagaimana yang telah dibuktikan oleh pengalaman di Amerika Serikat, sistem kesehatan yang terpadu dan berfokus pada hasil kesehatan pasien adalah jalan menuju masa depan kesehatan yang lebih baik bagi semua.