perahukertas.live
Permukiman kumuh di Banjarmasin merupakan tantangan besar yang mencerminkan berbagai masalah sosial, ekonomi, dan kebijakan. Upaya penanganan yang ada sering kali terbentur pada keterbatasan sumber daya dan koordinasi yang kurang efektif. Artikel ini akan mengulas secara mendalam berbagai aspek terkait permukiman kumuh di Banjarmasin, mengkritisi upaya yang telah dilakukan, dan menawarkan solusi komprehensif berdasarkan teori dan konsep relevan dari perspektif ilmu administrasi.
Definisi dan Indikator Permukiman Kumuh
Permukiman kumuh dapat diartikan sebagai area yang tidak memenuhi standar kelayakan hidup akibat ketidakteraturan bangunan, kepadatan penduduk yang tinggi, serta infrastruktur dan layanan dasar yang tidak memadai. Indikator utama yang sering digunakan meliputi akses sanitasi yang buruk, minimnya air bersih, serta tidak adanya fasilitas umum yang layak (DPU, 2022). Namun, definisi ini perlu dikritisi lebih lanjut untuk memahami akar masalah yang lebih kompleks.
Ketidakteraturan Bangunan dan Kepadatan Penduduk
Urbanisasi yang tidak terkendali merupakan salah satu penyebab utama permukiman kumuh. Banyak penduduk pedesaan yang pindah ke kota dengan harapan mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Namun, keterbatasan lahan dan mahalnya harga properti memaksa mereka untuk tinggal di permukiman kumuh. Menurut teori urbanisasi, perpindahan penduduk ke kota yang cepat tanpa perencanaan yang matang dapat menyebabkan ketidakteraturan dan overpopulasi di wilayah perkotaan (Brenner & Schmid, 2014).
Infrastruktur dan Layanan Dasar yang Tidak Memadai
Kurangnya akses terhadap infrastruktur dasar seperti air bersih, sanitasi, listrik, dan jalan menjadi masalah utama di permukiman kumuh. Pemerintah sering kali kesulitan menyediakan layanan ini karena keterbatasan anggaran dan koordinasi yang kurang antara berbagai instansi. Teori administrasi publik menekankan pentingnya koordinasi antar lembaga dan partisipasi publik dalam penyediaan layanan dasar (Denhardt & Denhardt, 2015).
Keterbatasan Ekonomi dan Sosial
Mayoritas penghuni permukiman kumuh adalah masyarakat berpenghasilan rendah yang bekerja di sektor informal. Penghasilan yang tidak stabil membuat mereka sulit untuk meningkatkan kualitas hidup. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan kerja menjadi hambatan bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Menurut teori pembangunan ekonomi, peningkatan pendidikan dan keterampilan kerja adalah kunci untuk mengatasi kemiskinan (Sen, 1999).
Solusi Holistik: Pendekatan Multidimensi
Dalam mengatasi masalah permukiman kumuh secara efektif, diperlukan pendekatan holistik yang mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diimplementasikan:
Perencanaan dan Pengaturan Tata Ruang yang Terpadu
Pemerintah perlu melakukan perencanaan tata ruang yang komprehensif dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat dan potensi wilayah. Penataan ulang permukiman kumuh dengan membangun rumah susun vertikal (rusunawa) dapat mengurangi kepadatan penduduk. Regulasi yang ketat juga perlu diterapkan untuk mencegah pembangunan liar dan memastikan setiap bangunan memenuhi standar teknis (UN-Habitat, 2016).
Peningkatan Infrastruktur dan Layanan Dasar
Pemerintah harus meningkatkan investasi dalam pembangunan infrastruktur dasar seperti air bersih, sanitasi, listrik, dan jalan. Program kerjasama dengan sektor swasta melalui skema Public-Private Partnership (PPP) dapat menjadi alternatif untuk mendanai proyek-proyek ini. Teknologi ramah lingkungan seperti biogas dan pengolahan limbah domestik juga dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat (World Bank, 2017).
Pengembangan Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat
Dalam meningkatkan taraf hidup penghuni permukiman kumuh, pemerintah perlu mengembangkan program-program pemberdayaan ekonomi. Pelatihan keterampilan kerja, akses terhadap modal usaha, dan dukungan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dapat membantu masyarakat meningkatkan pendapatan mereka. Selain itu, program pendidikan dan kesehatan yang inklusif harus diimplementasikan untuk meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan (UNDP, 2019).
Partisipasi dan Keterlibatan Masyarakat
Keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan sangat penting untuk keberhasilan program penataan permukiman kumuh. Pemerintah harus mendorong partisipasi aktif masyarakat melalui forum-forum diskusi, musyawarah, dan kolaborasi dengan organisasi masyarakat sipil. Dengan demikian, solusi yang dihasilkan akan lebih sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat (Arnstein, 1969).
Studi Kasus: Keberhasilan dan Pembelajaran
Program Kampung Deret di Jakarta
Program Kampung Deret yang dilaksanakan di Jakarta adalah contoh keberhasilan dalam penataan permukiman kumuh. Program ini melibatkan perbaikan infrastruktur dasar, renovasi rumah, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Keberhasilan program ini terletak pada partisipasi aktif masyarakat dan kerjasama yang baik antara pemerintah dan sektor swasta (Jakarta Smart City, 2018).
Proyek Pemugaran Slum di Mumbai, India
Mumbai telah melaksanakan berbagai proyek pemugaran slum yang berhasil mengubah kawasan kumuh menjadi permukiman yang layak huni. Pendekatan yang digunakan adalah pemindahan warga ke rumah susun baru dengan fasilitas lengkap, sambil tetap menjaga keterikatan sosial mereka. Pemerintah Mumbai juga bekerja sama dengan LSM dan sektor swasta untuk menyediakan pelatihan keterampilan dan peluang kerja bagi penghuni slum (Mahadevia & Joshi, 2017).
Kesimpulan
Mengatasi masalah permukiman kumuh di Banjarmasin memerlukan pendekatan holistik yang mencakup perencanaan tata ruang, peningkatan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi, dan partisipasi masyarakat. Dengan mengacu pada teori dan konsep dari berbagai disiplin ilmu, kita dapat menciptakan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan. Sebagai penutup, marilah kita ingat bahwa kota yang maju bukanlah kota tanpa masalah, melainkan kota yang mampu mengatasi masalah dengan bijak dan berkeadilan. Perubahan tidak akan datang jika kita menunggu orang lain atau waktu lain. Kita adalah orang yang kita tunggu-tunggu. Kita adalah perubahan yang kita cari. (Obama, 2008).