Gerakan Pramuka Indonesia telah lama menjadi garda terdepan dalam membentuk karakter generasi muda melalui berbagai program dan kegiatan. Salah satu wadah pengembangan bakat dan keterampilan dalam Pramuka adalah Satuan Karya Pramuka (Saka), khususnya Saka Bakti Husada (SBH), yang memiliki fokus untuk mendidik kader-kader kesehatan muda.
Dasar hukum pelaksanaan Saka Bakti Husada merujuk pada beberapa peraturan penting, di antaranya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, serta Permenkes RI Nomor 38 Tahun 2019 tentang Pembinaan Satuan Karya Pramuka Bakti Husada. Kerjasama antara Gerakan Pramuka dan Kementerian Kesehatan, yang ditegaskan melalui Kesepakatan Bersama pada tahun 2015, memperkuat komitmen kedua belah pihak dalam membina kader kesehatan yang mampu mengimplementasikan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran Saka Bakti Husada dalam menyelaraskan tujuan kesehatan nasional dengan pendidikan karakter dan keterampilan generasi muda.
Kehadiran kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di sekolah-sekolah, seperti di SMK Negeri 3 Banjarbaru, memiliki dampak yang signifikan terhadap pembentukan karakter dan pemberian keterampilan hidup kepada siswa. Namun, sejak kegiatan ini tidak lagi diwajibkan, banyak sekolah, termasuk SMK Negeri 3 Banjarbaru, kehilangan kegiatan bermanfaat yang seharusnya menjadi bagian dari pendidikan holistik siswa. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Negeri 3 Banjarbaru menyampaikan keprihatinannya akan hilangnya nilai-nilai positif yang dulu ditanamkan melalui kegiatan Pramuka. Pada acara kunjungan ke SBH SMK Negeri 3 Banjarbaru pada 26 Juli 2024, hanya sekitar 30 siswa yang menunjukkan minat terhadap Pramuka, dengan hanya 25 siswa yang aktif mengikuti kegiatan ini.
Siswa di SMK Negeri 3 Banjarbaru lebih tertarik mengikuti ekstrakurikuler lain seperti musik, pecinta alam, dan Palang Merah Remaja (PMR). Sekolah tetap melaksanakan ekstrakurikuler Pramuka, tetapi karena tidak diwajibkan, hanya siswa yang benar-benar berminat saja yang terlibat. Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri dalam menjaga keberlanjutan dan kualitas program Pramuka, khususnya Saka Bakti Husada. Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan yang lebih inovatif dan relevan dengan kebutuhan serta minat siswa masa kini untuk menghidupkan kembali semangat Pramuka di kalangan generasi muda.
Saka Bakti Husada memiliki enam Krida yang menjadi pilar utama dalam mendidik kader-kader kesehatan muda. Pertama, Krida Bina Keluarga Sehat memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang keluarga sehat, agar anggota Pramuka mampu menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam mewujudkan keluarga sehat. Krida ini mencakup pembinaan kesehatan ibu, bayi, anak pra-sekolah, usia sekolah, remaja, lanjut usia, kesehatan jiwa, dan kesehatan kerja dan olahraga. Melalui Krida ini, anggota Pramuka dibekali dengan keterampilan khusus seperti SKK Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, SKK Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah, SKK Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja, SKK Kesehatan Reproduksi, SKK Kesehatan Lanjut Usia, serta SKK Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional.
Kedua, Krida Bina Lingkungan Sehat membina anggota Pramuka dalam penyehatan lingkungan, baik di rumah, tempat umum, maupun dalam situasi darurat kesehatan lingkungan. Krida ini mencakup SKK Rumah Sehat, SKK Tempat dan Fasilitas Umum, serta SKK Kedaruratan Kesehatan Lingkungan. Anggota Pramuka dibekali keterampilan untuk menguasai konsep rumah sehat, mampu menilai kondisi tempat dan fasilitas umum, serta memberikan penyuluhan tentang penyehatan lingkungan kepada masyarakat.
Ketiga, Krida Bina Pengendalian Penyakit fokus pada deteksi, respon, dan pengendalian penyakit. Krida ini mengajarkan anggota Pramuka untuk memberikan penyuluhan tentang pengendalian penyakit kepada keluarga dan teman sebaya, serta berkoordinasi dengan pihak terkait dalam pengendalian penyakit. Melalui SKK Pengendalian Penyakit Kecacingan, anggota Pramuka diharapkan mampu mengenali morfologi vektor penular penyakit, melakukan penyuluhan, dan mendukung pelaksanaan kegiatan pengendalian penyakit berbasis masyarakat.
Keempat, Krida Bina Gizi menekankan pada pentingnya gizi yang baik untuk bayi, balita, dan anak usia sekolah. Masalah gizi kurang pada masa bayi dan balita dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan anak di usia sekolah. Melalui Krida ini, anggota Pramuka dibekali dengan pengetahuan tentang pentingnya gizi seimbang dan cara-cara mengatasi masalah gizi kurang di lingkungan mereka.
Kelima, Krida Bina Obat memberikan edukasi tentang penggunaan obat yang tepat dan aman. Anggota Pramuka dibekali dengan pengetahuan tentang jenis-jenis obat, cara penggunaannya, serta risiko dan efek samping yang mungkin timbul. Krida ini penting untuk mendorong kesadaran akan penggunaan obat yang bertanggung jawab dan menghindari penyalahgunaan obat di kalangan masyarakat.
Keenam, Krida Bina Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) mendorong perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Melalui Krida ini, anggota Pramuka dilatih untuk menjadi role model, penyambung informasi yang benar, konselor remaja, dan edukator di lingkungan mereka. PHBS meliputi berbagai aspek seperti kebersihan diri, kebersihan lingkungan, dan penerapan pola hidup sehat sehari-hari.
Peran Saka Bakti Husada sangat penting dalam menciptakan kader-kader kesehatan yang siap terjun di masyarakat. Namun, tantangan terbesar adalah menarik minat siswa untuk aktif dalam kegiatan Pramuka, terutama ketika kegiatan tersebut tidak diwajibkan. Diperlukan pendekatan yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan serta minat siswa masa kini untuk menghidupkan kembali semangat Pramuka di kalangan generasi muda. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mengintegrasikan kegiatan Pramuka dengan teknologi dan media sosial, sehingga lebih menarik bagi siswa yang hidup di era digital.
Selain itu, perlu adanya dukungan dari pihak sekolah dan orang tua dalam mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan Pramuka. Sekolah dapat memberikan penghargaan atau insentif bagi siswa yang aktif dalam kegiatan Pramuka, seperti sertifikat, beasiswa, atau poin tambahan dalam penilaian ekstrakurikuler. Orang tua juga berperan penting dalam memberikan motivasi dan dukungan kepada anak-anak mereka untuk mengikuti kegiatan Pramuka. Dengan kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan Gerakan Pramuka, diharapkan lebih banyak siswa yang tertarik dan aktif dalam kegiatan Pramuka, khususnya Saka Bakti Husada.
Pada akhirnya, Saka Bakti Husada adalah program yang sangat potensial dalam membentuk generasi muda yang sehat, cerdas, dan berkarakter. Dengan berbagai Krida yang dimilikinya, Saka Bakti Husada memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan yang sangat berguna bagi anggota Pramuka dalam menghadapi tantangan kesehatan di masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk mendukung dan mempromosikan kegiatan Pramuka, agar lebih banyak generasi muda yang terlibat dan mendapatkan manfaat dari program ini.
Dalam penutup, mari kita renungkan kata bijak dari Baden-Powell, pendiri Gerakan Pramuka: Cobalah untuk meninggalkan dunia ini sedikit lebih baik daripada yang kamu temukan. Dengan semangat ini, mari kita dukung Saka Bakti Husada dan Gerakan Pramuka untuk terus berkarya dalam menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan berkarakter.