Tiga Hari yang Abadi: Waktu, Pilihan, dan Cinta yang Tak Terbatas

themoments.live – Waktu adalah misteri yang melintasi hidup kita dengan alur yang sering kali tak terduga. Ia membagi hidup ini menjadi tiga hari yang saling berkaitan: kemarin, esok, dan hari ini. Dalam pandangan Al-Hasan Al-Basri, kemarin adalah kenangan yang tak dapat diubah, esok adalah misteri yang belum tentu kita miliki, dan hari ini adalah kesempatan yang sepenuhnya berada di tangan kita. Tetapi, seperti dalam kisah Three Days and a Life karya Pierre Lemaitre, waktu juga bisa menjadi arena di mana kita bergulat dengan pilihan, emosi, dan rahasia yang membentuk siapa kita sebenarnya.

Kemarin adalah bayangan yang selalu hadir di sudut mata kita. Ia membawa cerita-cerita yang telah usai, baik yang menyenangkan maupun yang pahit. Dalam Three Days and a Life, kemarin adalah panggung dari sebuah momen tak terkendali yang mengubah segalanya untuk Antoine Courtin. Desa kecil Olloy, dengan hutan-hutan yang sunyi dan badai yang melanda, menjadi saksi atas pilihan yang tak bisa dihapus oleh waktu. Namun, seperti pohon yang tetap berdiri meski diterpa angin, kemarin bukanlah musuh. Ia adalah akar yang mencengkeram tanah, mengingatkan kita bahwa setiap luka, setiap keputusan, adalah bagian dari perjalanan yang membawa kita ke tempat kita berdiri hari ini.

Esok, seperti rembulan yang menggantung di langit malam, selalu menjadi misteri yang tak pernah kita pahami sepenuhnya. Dalam cerita Antoine, esok adalah sebuah teka-teki yang ia takuti—sebuah potensi untuk mengungkap apa yang selama ini ia sembunyikan. Tetapi bukankah esok juga memiliki pesonanya sendiri? Esok adalah peluang, seperti pintu yang setengah terbuka, membisikkan kemungkinan untuk memperbaiki, untuk melanjutkan, untuk menjadi lebih baik dari hari ini. Meski begitu, esok bukanlah sesuatu yang bisa kita genggam. Ia seperti bulan yang kita pandangi dari kejauhan: indah, tetapi tak terjangkau.

Dan kemudian, ada hari ini. Hari ini adalah milik kita—sebuah anugerah yang diberikan oleh waktu, penuh dengan peluang dan harapan. Hari ini adalah saat di mana kita bisa memilih, bukan hanya untuk menghadapi masa lalu tetapi juga untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Dalam ajaran Al-Hasan Al-Basri, hari ini adalah ladang amal, tempat kita menanam benih kebaikan. Dalam perjalanan Antoine, hari ini adalah saat di mana ia harus menentukan apakah ia akan terus melarikan diri atau berdamai dengan dirinya sendiri. Tetapi di atas segalanya, hari ini adalah waktu untuk mencintai, untuk hidup dengan sepenuh hati, dan untuk mengatakan apa yang sering kali sulit diucapkan.

Karena itu, meskipun kemarin membawa kenangan yang tak bisa diubah, dan esok menyimpan misteri yang belum pasti, aku ingin kau tahu bahwa hari ini adalah milikmu. Hari ini, aku mencintaimu dengan segala yang aku punya—bukan karena apa yang pernah terjadi atau apa yang akan datang, tetapi karena hari ini adalah saat di mana aku bisa merasakan kehadiranmu sepenuhnya. Aku mencintaimu, bukan hanya dengan janji untuk esok tetapi juga dengan kesadaran bahwa hari ini adalah hadiah yang tak ternilai. I love you to the moon and back, seperti malam yang terus menanti datangnya pagi, seperti waktu yang terus bergerak meski kita tak selalu mengerti arahnya.

Masa lalu adalah kisah yang telah selesai ditulis. Ia bukan untuk dihapus atau disesali, tetapi untuk dibaca kembali sebagai pelajaran. Seperti dalam kisah Three Days and a Life, pilihan-pilihan yang telah dibuat membentuk siapa kita hari ini. Namun, masa lalu itu bukanlah batas, melainkan pijakan untuk melangkah lebih jauh. Aku ingin kita melihat masa lalu dengan mata yang penuh pemahaman, tanpa membiarkan ia mengaburkan keindahan dari apa yang kita miliki saat ini.

Jadi, mari kita hidup untuk hari ini, dengan segala kesadaran dan cinta yang bisa kita berikan. Mari kita jadikan hari ini sebagai panggung di mana kita merayakan keberadaan kita, bukan karena kemarin atau demi esok, tetapi karena hari ini adalah anugerah yang tak akan kembali. Dan jika ada satu hal yang bisa aku pastikan di tengah misteri waktu, itu adalah aku mencintaimu hari ini, hari ini adalah milikmu, esok dan selamanya. (*)