Oleh. Dr. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep.Ns., M.Kep., CISHR, FISQua, FRSPH, FIHFAA (Reviewer Jurnal PRAJA Observer: Jurnal Penelitian Administrasi Publik)
Pendahuluan
Katarak kongenital adalah misteri yang meredupkan cahaya masa depan ribuan anak di seluruh dunia. Ketika kekeruhan menyelimuti lensa mata mereka yang belum sempat menyaksikan dunia dengan jernih, sebuah perjuangan pun dimulai. Ayub Zen, Indri Wahyuni, Risa Etika, dan Rozalina Loebis, peneliti dari Universitas Airlangga Surabaya, dengan tekun berusaha untuk mengurai benang kusut ini. Melalui penelitian mereka di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, mereka berupaya menemukan hubungan antara panjang aksial mata dan usia pada pasien dengan katarak kongenital, berharap bisa membawa terang dalam gelap.
Metode Penelitian
Dengan hati-hati dan teliti, data dari rekam medis pasien katarak kongenital dikumpulkan. Dari Januari 2021 hingga Desember 2022, sebanyak 24 pasien dipilih dengan teknik total sampling. Menggunakan uji korelasi Rank Spearman, hubungan antara panjang aksial dan usia diuji, mencari petunjuk yang mungkin tersembunyi dalam angka-angka tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Dari 24 pasien yang diteliti, sebanyak 25% mengalami katarak pada mata kanan, 29.17% pada mata kiri, dan 45.83% pada kedua mata. Usia pasien bervariasi antara 2 bulan hingga 17 tahun, dengan rata-rata 3.35 tahun. Analisis statistik menunjukkan nilai p-value sebesar 0.708 dan koefisien korelasi 0.000, mengungkapkan korelasi yang sangat lemah antara panjang aksial dan usia.
Penelitian ini memberikan gambaran bahwa panjang aksial tidak dapat dijadikan indikator utama untuk menentukan usia atau tingkat perkembangan katarak kongenital. Namun, temuan ini justru memperkaya pemahaman kita tentang kompleksitas katarak kongenital. Ada banyak faktor lain yang bermain, seperti genetik, lingkungan, dan riwayat kesehatan, yang semuanya harus dipertimbangkan dalam penanganan kondisi ini.
Karakteristik Responden
Mayoritas responden (66.7%) berusia di bawah rata-rata 3.35 tahun. Katarak kongenital lebih banyak ditemukan pada laki-laki (58.3%) dibandingkan perempuan (41.7%). Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan prevalensi katarak kongenital lebih tinggi pada laki-laki. Faktor genetik dan hormonal mungkin berperan dalam perbedaan ini, meskipun mekanismenya masih menjadi teka-teki yang menunggu untuk dipecahkan.
Panjang Aksial dan Katarak Bilateral
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebanyak 45.83% responden mengalami katarak kongenital pada kedua mata, menggambarkan betapa kondisi ini sering kali tidak hanya menyerang satu mata. Temuan ini menggemakan hasil studi sebelumnya, menunjukkan betapa pentingnya deteksi dini dan penanganan yang tepat untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Korelasi Panjang Aksial dan Usia
Meski hasil analisis statistik menunjukkan korelasi yang sangat lemah antara panjang aksial dan usia, ini tidak berarti hubungan tersebut tidak ada. Panjang aksial mata dapat dipengaruhi oleh banyak faktor lain selain usia, seperti teknik bedah, pemilihan lensa intraokular, dan perawatan pascaoperasi. Temuan ini mengingatkan kita bahwa setiap pasien adalah unik, dan pendekatan yang dipersonalisasi adalah kunci dalam menangani katarak kongenital.
Implikasi Klinis
Deteksi dini dan intervensi yang tepat pada katarak kongenital sangat penting. Program screening mata pada bayi baru lahir dan edukasi kepada orang tua tentang tanda-tanda katarak kongenital dapat membantu mencegah dampak jangka panjang pada kualitas hidup pasien. Penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan beragam diperlukan untuk memperdalam pemahaman kita tentang hubungan ini.
Penutup
Katarak kongenital adalah tantangan yang kompleks, namun penelitian Ayub Zen dan rekan-rekannya memberikan secercah harapan. Dalam setiap mata yang berhasil diselamatkan, ada masa depan yang kembali bercahaya. Mungkin, melalui penelitian ini, langkah kecil menuju pemahaman yang lebih baik telah dimulai.
“Ilmu pengetahuan adalah cahaya yang memandu kita keluar dari kegelapan. Setiap penemuan adalah pijar yang menerangi jalan kita menuju pemahaman yang lebih dalam.” – Anonim
Semoga penelitian ini bukan hanya menjadi landasan bagi studi lebih lanjut, tetapi juga memicu semangat dan inspirasi bagi mereka yang berjuang melawan kegelapan. Mari kita terus berjuang untuk masa depan yang lebih terang.
Daftar Pustaka
- Bach, A. et al. (2019). Axial length development in children. International Journal of Ophthalmology, 12(5), 815-819.
- Bell, S. J. et al. (2020). Congenital cataract: a guide to genetic and clinical management. Therapeutic Advances in Rare Disease, 1, 263300402093806.
- Capozzi, P. et al. (2008). Corneal curvature and axial length values in children with congenital/infantile cataract in the first 42 months of life. Investigative Ophthalmology and Visual Science, 49(11), 4774-4778.
- Haargaard, B. et al. (2004). A nationwide Danish study of 1027 cases of congenital/infantile cataracts: Etiological and clinical classifications. Ophthalmology, 111(12), 2292-2298.
- Kirwan, C., Lanigan, B., & O’Keefe, M. (2012). Vision-related quality of life assessment using the NEI-VFQ-25 in adolescents and young adults with a history of congenital cataract. Journal of Pediatric Ophthalmology & Strabismus, 49(1).
- Solebo, A. L. & Rahi, J. S. (2023). Delayed diagnosis of congenital cataract in preterm infants: Findings from the IoLunder2 cohort study. PLoS ONE, 18(8), 1-12.
- Tătaru, C. I. et al. (2020). Clinical and therapeutic particularities of congenital cataracts in pediatric patients with Down syndrome. Romanian Journal of Ophthalmology, 64(2), 168-175.
- Wilson, M. E., Bartholomew, L. R., & Trivedi, R. H. (2003). Pediatric cataract surgery and intraocular lens implantation: Practice styles and preferences of the 2001 ASCRS and AAPOS memberships. Journal of Cataract and Refractive Surgery, 29(9), 1811-1820.