TheMoments.live: Every Moment Matters
Sepsis adalah ancaman yang tidak terlihat, datang tanpa diundang, dan mengancam kehidupan dengan kekuatan yang tidak terduga. Ketika seorang ibu mengandung, ia tidak hanya membawa kehidupan baru, tetapi juga menghadapi risiko yang bisa muncul kapan saja, termasuk sepsis yang menghantui dengan ancaman disfungsi organ yang bisa berakhir tragis.
Sepsis pada kehamilan, atau sepsis maternal, didefinisikan sebagai kondisi mengancam jiwa yang disebabkan oleh disfungsi organ akibat respon tubuh yang tidak teratur terhadap infeksi selama kehamilan, persalinan, atau masa pascapartum. Definisi ini diberikan oleh Society of Critical Care Medicine dan European Society of Intensive Care Medicine pada tahun 2016. Di balik definisi klinis ini, tersembunyi kisah perjuangan seorang ibu yang bertaruh nyawa demi keselamatan buah hatinya. Diagnosis sepsis maternal harus dilakukan dengan segera, menggunakan alat seperti skor qSOFA yang membantu tenaga medis mengenali tanda-tanda awal sepsis, seperti tekanan darah sistolik yang rendah, laju pernapasan yang cepat, dan perubahan status mental. Namun, qSOFA hanyalah awal dari perjalanan panjang menuju pemulihan.
Di balik gejala yang tampak, patogenesis sepsis adalah perjalanan kompleks dari respon inflamasi tubuh yang tidak terkendali. Sistem imun, yang biasanya menjadi benteng pertahanan, berubah menjadi serangan balik yang merusak tubuh sendiri. Mediator inflamasi seperti sitokin dilepaskan dalam jumlah besar, menyebabkan kerusakan jaringan dan disfungsi organ yang meluas. Dalam kasus sepsis maternal, infeksi yang tidak segera diatasi dapat menyebar dengan cepat, bak api yang membakar tanpa pandang bulu.
Menghadapi sepsis pada kehamilan adalah seperti memimpin pasukan dalam pertempuran yang tidak bisa ditunda. Setiap langkah tatalaksana adalah strategi yang harus dijalankan dengan presisi. Langkah pertama adalah pengambilan darah untuk kultur dan pemberian antibiotik dalam satu jam pertama setelah diagnosis. Antibiotik yang dipilih harus mencakup kombinasi gentamisin, klindamisin, dan penisilin, atau kombinasi vankomisin dan piperasilin, sesuai dengan pola kuman di rumah sakit dan kondisi klinis pasien. Selanjutnya, pemberian cairan kristaloid intravena sebesar 30 ml/kg dalam tiga jam pertama dianjurkan untuk mengatasi hipotensi akibat sepsis, dengan tujuan mencapai tekanan arteri rata-rata (MAP) di atas 65 mmHg.
Jika hipotensi tetap bertahan meskipun telah diberikan resusitasi cairan, pemberian vasopressor menjadi langkah berikutnya. Norepinefrin adalah pilihan utama untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi organ yang adekuat. Monitoring tekanan darah, kadar laktat, produksi urin, dan keseimbangan cairan harus dilakukan secara berkala setiap enam jam. Keberhasilan resusitasi diukur dari beberapa parameter kunci, termasuk MAP di atas 65 mmHg, kesadaran yang membaik, produksi urin lebih dari 0.5 ml/kgBB per jam, dan penurunan kadar laktat lebih dari 10% dari nilai awal pada jam keenam. Tidak kalah penting, kontrol sumber infeksi harus dilakukan dengan tindakan seperti histerektomi jika infeksi berada di cavum uteri.
Di ruang bersalin, seorang dokter dihadapkan pada pasien Ny A, P2, yang pada hari kesepuluh setelah operasi caesar datang dengan demam tinggi dan lokia berbau. Pasien ini dalam keadaan apatis, dengan tekanan darah 80/60 mmHg, frekuensi napas 24 kali per menit, suhu 39°C, dan saturasi oksigen 96%. Dengan memenuhi dua dari tiga kriteria skor qSOFA, diagnosis sepsis segera ditegakkan. Langkah-langkah tatalaksana untuk pasien ini meliputi pengambilan darah untuk kultur, pemberian antibiotik spektrum luas, resusitasi cairan kristaloid, pemberian vasopressor jika diperlukan, dan monitoring ketat terhadap parameter vital serta kadar laktat. Kontrol sumber infeksi, seperti histerektomi, harus dipertimbangkan untuk menyelamatkan nyawa ibu.
Penanganan sepsis maternal menghadapi berbagai tantangan. Keterlambatan diagnosis, kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang sepsis di kalangan tenaga kesehatan, serta kurangnya fasilitas medis yang memadai adalah beberapa di antaranya. Untuk mengatasi tantangan ini, pelatihan berkelanjutan bagi tenaga kesehatan tentang identifikasi dan penanganan sepsis sangat penting. Peningkatan fasilitas kesehatan dan akses yang lebih luas ke perawatan intensif harus menjadi prioritas. Selain itu, faktor sosial-ekonomi juga mempengaruhi penanganan sepsis. Pasien dari latar belakang ekonomi rendah mungkin menghadapi hambatan dalam mengakses perawatan kesehatan yang memadai, sehingga meningkatkan risiko komplikasi sepsis. Oleh karena itu, kebijakan kesehatan yang mendukung akses yang lebih luas dan merata ke perawatan kesehatan berkualitas harus diimplementasikan.
Penanganan sepsis pada kehamilan memerlukan pendekatan yang komprehensif dan penuh kasih. Diagnosis dini, tatalaksana tepat waktu, dan kontrol sumber infeksi adalah kunci untuk mengatasi sepsis. Pelatihan berkelanjutan bagi tenaga kesehatan, peningkatan fasilitas medis, dan kebijakan kesehatan yang mendukung akses yang lebih luas ke perawatan kesehatan berkualitas sangat penting. Sepsis adalah badai yang harus dihadapi dengan keberanian dan pengetahuan yang tepat, untuk memastikan ibu dan bayi dapat melewati masa-masa kritis ini dengan selamat.
Penanganan sepsis pada kehamilan memerlukan pendekatan yang komprehensif dan penuh kasih. Diagnosis dini, tatalaksana tepat waktu, dan kontrol sumber infeksi adalah kunci untuk mengatasi sepsis. Pelatihan berkelanjutan bagi tenaga kesehatan, peningkatan fasilitas medis, dan kebijakan kesehatan yang mendukung akses yang lebih luas ke perawatan kesehatan berkualitas sangat penting. Sepsis adalah badai yang harus dihadapi dengan keberanian dan pengetahuan yang tepat, untuk memastikan ibu dan bayi dapat melewati masa-masa kritis ini dengan selamat.
Dalam hidup ini, sepsis mungkin seperti awan kelabu yang menyelimuti, tetapi dengan tindakan yang tepat dan pengetahuan yang mendalam, kita dapat menjadi sinar matahari yang menembus kegelapan itu, memberikan harapan dan kehidupan baru. Seperti matahari yang terbit setelah malam tergelap, penanganan sepsis dengan penuh kasih dan keahlian akan membawa cahaya dan harapan bagi ibu dan anak yang tengah berjuang melawan badai ini.
Referensi
1. Society of Critical Care Medicine & European Society of Intensive Care Medicine. (2016). Definitions of Sepsis and Septic Shock.
2. The global maternal sepsis study and awareness campaign (GLOSS): study protocol. (2016).
3. Pratiwi, R. P. (2024). Kegawatdaruratan Sepsis. [PowerPoint slides].
4. Tian, H., Zhou, J., Weng, L., Hu, X., Peng, J., Wang, C., Jiang, W., Du, X., Xi, X., An, Y., Duan, M., & Du, B. (2019). Accuracy of qSOFA for the diagnosis of sepsis-3: a secondary analysis of a population-based cohort study. Journal of Thoracic Disease, 11(5), 2034-2042. http://dx.doi.org/10.21037/jtd.2019.04.90