Oleh. DR. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep. Ns., M.Kep., CISHR, FISQua, FRSPH, FIHFAA (PP LAFKI)
Dalam semaraknya Webinar SAKTI 13 yang diselenggarakan pada 10 Agustus 2024, tersingkap sebuah refleksi mendalam tentang perjalanan kompleks menuju keselamatan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes). Acara yang dihadiri oleh para pakar terkemuka seperti dr. Friedrich M. Rumintjap, Sp.OG, dr. Hervita Diatri, Sp.KJ(K), dan dr. Bambang Tutuko, SpAn-KIC, dengan moderator handal dr.Tedjo Wahyu Putranto, MM, MARS, FIHFAA, menjadi sebuah simposium ilmu yang mengalir halus, membahas tentang pentingnya integrasi manajemen risiko klinis dengan budaya keselamatan dalam mencapai keandalan tinggi.
Membentangkan Kanvas Keselamatan Pasien Melalui FMEA
Setiap inci dari sistem pelayanan kesehatan adalah kanvas yang rentan terhadap goresan kegagalan. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) hadir sebagai kuas yang penuh kehati-hatian, yang dengan lembut namun tegas, membentuk garis-garis proteksi di sekitar pasien. FMEA adalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi kegagalan dalam proses klinis, menyelidiki dampaknya, dan mengimplementasikan langkah-langkah mitigasi sebelum goresan itu menjadi luka nyata pada pasien.
Dalam diskusi webinar, dr. Hervita Diatri menggarisbawahi bahwa FMEA bukan sekadar metode, tetapi sebuah filosofi yang harus dijalankan dengan kesadaran penuh oleh tim multidisiplin. Setiap anggota tim harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang proses yang mereka analisis, dan lebih dari itu, harus mampu menyelaraskan pandangan mereka untuk menciptakan sebuah simfoni tindakan preventif yang menari di antara potensi kegagalan. Dengan demikian, FMEA tidak hanya melindungi pasien dari risiko, tetapi juga membentuk fondasi dari budaya keselamatan yang lebih besar.
Budaya Keselamatan: Jantung Keandalan yang Berdenyut di Fasyankes
Namun, langkah-langkah teknis seperti FMEA tidak dapat berdiri sendiri. Mereka harus berakar pada tanah yang subur—yaitu budaya keselamatan yang mendalam dan menyeluruh. Budaya ini adalah denyut nadi yang menghidupkan setiap prosedur, setiap tindakan, dan setiap keputusan yang diambil di dalam Fasyankes. Seperti yang disampaikan oleh dr. Bambang Tutuko, budaya keselamatan adalah hasil dari kepercayaan, transparansi, dan komitmen untuk terus belajar dari kesalahan.
Dalam konteks keandalan tinggi, budaya keselamatan harus menjadi prioritas utama. Ia adalah jantung yang memompa kepercayaan dan integritas ke seluruh jaringan organisasi. Dalam budaya ini, setiap insiden bukanlah kegagalan, tetapi kesempatan untuk belajar dan memperbaiki diri. Budaya keselamatan juga mencakup keberanian untuk melaporkan insiden tanpa takut akan sanksi, sehingga setiap individu merasa bertanggung jawab dan termotivasi untuk menjaga keselamatan pasien.
Integrasi Praktik Terbaik: Menuju Keandalan Tinggi
Menuju keandalan tinggi dalam pelayanan kesehatan bukanlah perjalanan yang sederhana. Ia membutuhkan kombinasi strategi yang matang dan disiplin yang ketat. Webinar ini menyoroti pentingnya integrasi lean, six sigma, dan manajemen perubahan sebagai alat utama untuk meningkatkan kualitas dan keselamatan pasien. Metode-metode ini memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi akar masalah yang kompleks dan menerapkan solusi yang lebih efektif daripada pendekatan tradisional.
Selain itu, kepemimpinan yang kuat dan partisipasi aktif dari seluruh komponen organisasi adalah kunci untuk menggerakkan perubahan ini. Seperti yang disampaikan oleh dr. Friedrich M. Rumintjap, pemimpin Fasyankes harus tidak hanya memahami, tetapi juga mempraktikkan budaya keselamatan dalam setiap aspek manajemen mereka. Mereka harus menjadi teladan yang memotivasi staf untuk terlibat aktif dalam inisiatif keselamatan, sehingga setiap elemen dalam sistem kesehatan bekerja harmonis untuk mencapai tujuan bersama: keselamatan pasien yang optimal.
Menggali Kedalaman Dampak Budaya Keselamatan
Budaya keselamatan yang kuat bukan hanya sebuah konsep abstrak; ia adalah kekuatan nyata yang memiliki dampak luas bagi masyarakat. Ketika rumah sakit dan fasilitas kesehatan berhasil mengurangi insiden yang dapat dicegah dan meningkatkan kualitas pelayanan, kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan pun meningkat. Hal ini mendorong lebih banyak orang untuk mengakses layanan kesehatan dengan keyakinan bahwa mereka berada di tangan yang aman.
Namun, pencapaian ini tidak datang dengan mudah. Diperlukan komitmen yang konsisten dari seluruh pemangku kepentingan—pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan masyarakat itu sendiri—untuk terus berinvestasi dalam pelatihan, pengembangan sistem, dan evaluasi yang berkelanjutan. Dengan demikian, organisasi layanan kesehatan dapat terus berkembang menuju keandalan tinggi, memberikan pelayanan yang tidak hanya aman tetapi juga berkualitas tinggi.
Penutup
Dalam simfoni pelayanan kesehatan, manajemen risiko klinis dan budaya keselamatan adalah dua instrumen utama yang menciptakan harmoni keandalan tinggi. Webinar SAKTI 13, dengan segala wawasan yang dihadirkan, menegaskan bahwa keselamatan pasien bukanlah sekadar tanggung jawab teknis, tetapi juga moral. Dengan menggabungkan FMEA, budaya keselamatan, dan praktik terbaik dalam manajemen risiko, Fasyankes dapat memastikan bahwa setiap nada dalam simfoni ini bergetar dengan keindahan dan keamanan, membawa organisasi menuju puncak keandalan yang tak tertandingi. Salam LAFKI
Klik Link Materi: download di sini
Referensi
- Bambang Tutuko, SpAn-KIC. (2024). Strategi dan Langkah Komprehensif untuk Membangun, Mempertahankan dan Meningkatkan Budaya Keselamatan Pasien di RS. Workshop Membangun Budaya Keselamatan Pasien, IKPRS – PERSI, 26-27 Juni 2024.
- Hervita Diatri, Sp.K.J., Subsp. K.(K). (2022). Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Melindungi dari Risiko Kehilangan Lebih Jauh dari Kondisi Kehilangan. Tim Kerja Pengendali Layanan Operasional RSCM/FKUI