Efektivitas dan Kesesuaian Program Latihan Suspensi untuk Lansia: Tinjauan Kritis dan Integratif

TheMoments.live: Every Moment Matters

Pendahuluan
Proses penuaan menyebabkan perubahan fisiologis signifikan pada sistem otot dan rangka manusia. Penurunan jumlah unit motorik, serat otot, dan ukuran serat tipe 2 berdampak pada kekuatan dan daya otot lansia (Vandervoort, 2002). Selain itu, penurunan propriosepsi dan waktu reaksi juga sering terjadi seiring bertambahnya usia (Adamo, Martin, & Brown, 2007; Der & Deary, 2006). Perubahan ini berkontribusi pada penurunan kekuatan, keseimbangan, dan mobilitas, yang meningkatkan risiko jatuh atau hilangnya kemandirian (Baloh, Ying, & Jacobson, 2003; Shumway-Cook, Brauer, & Woollacott, 2000).

Aktivitas fisik secara teratur sangat direkomendasikan untuk lansia guna menghindari keterbatasan fungsional (Nelson et al., 2007). Studi intervensi olahraga menunjukkan efek positif pada kekuatan, keseimbangan, dan kinerja fungsional pada lansia (Hanson et al., 2009; Lee & Park, 2013; Lohne-Seiler, Torstveit, & Anderssen, 2013). Pelatihan kekuatan tradisional dengan menggunakan mesin beban terbukti meningkatkan kekuatan otot, kinerja keseimbangan, dan tugas-tugas fungsional tertentu pada lansia (Hughes et al., 2001; Henwood & Taaffe, 2006).

Program Latihan Suspensi
Latihan suspensi adalah bentuk pelatihan fungsional yang menggabungkan komponen kekuatan dan stabilitas inti. Dengan memperkuat otot-otot inti, dapat tercapai transmisi beban yang optimal dari tubuh bagian atas ke bawah, yang menghasilkan stabilitas inti dan keseimbangan yang lebih baik (Willardson, 2007). Latihan ini dilakukan dengan menggunakan alat suspensi yang terdiri dari dua tali yang digantung dari titik jangkar, memungkinkan berbagai jenis latihan dilakukan dengan menggunakan berat badan sendiri sebagai resistensi utama.

Pengembangan dan Pelaksanaan Program Latihan Suspensi untuk Lansia
Studi yang dilakukan oleh Gaedtke dan Morat (2015) mengembangkan program latihan suspensi khusus untuk lansia yang diberi nama Program Latihan Suspensi Lansia. Program ini dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan dan keterbatasan fungsional dari lansia. Terdapat tujuh jenis latihan utama yang dimodifikasi agar sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan kelompok target ini. Latihan-latihan tersebut meliputi latihan untuk bagian atas tubuh, bagian bawah tubuh, otot perut, serta keseluruhan rantai otot ventral.

Latihan ini dilakukan selama 12 minggu dengan frekuensi tiga kali per minggu, masing-masing sesi berlangsung selama 30 menit. Para peserta latihan ini adalah lansia sehat berusia 60 tahun ke atas yang tinggal di komunitas, dengan persyaratan kesehatan yang diverifikasi melalui sertifikat medis.

Manfaat dan Kesesuaian Latihan Suspensi untuk Lansia
Menurut artikel yang dipublikasikan oleh Gold Coast Performance Centre (2023), latihan suspensi menawarkan berbagai manfaat khusus untuk lansia, yang mencakup peningkatan kekuatan dan stabilitas, fleksibilitas, dan mobilitas sendi, serta keamanan latihan yang rendah dampak dan ramah sendi. Selain itu, latihan ini juga meningkatkan kekuatan inti dan keseimbangan, yang sangat penting untuk mencegah jatuh dan meningkatkan performa fisik secara keseluruhan.

Latihan suspensi memfasilitasi latihan yang dapat disesuaikan untuk semua tingkat kebugaran, dari pemula hingga atlet berpengalaman. Dengan modifikasi sederhana pada posisi tubuh, intensitas latihan dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan individu (Gold Coast Performance Centre, 2023).

Kesalahan Umum dalam Penggunaan Latihan Suspensi
Meskipun latihan suspensi sangat efektif, ada beberapa kesalahan umum yang perlu dihindari untuk mencegah cedera dan memastikan efisiensi latihan. Kesalahan ini termasuk lengkungan punggung saat kelelahan, tali yang kendur, posisi awal yang salah, dan postur tubuh yang tidak tepat. Memperhatikan teknik yang benar adalah kunci untuk menghindari masalah ini dan memastikan hasil latihan yang optimal (Gold Coast Performance Centre, 2023).

Teori Pelatihan Fungsional
Pelatihan fungsional, seperti yang diterapkan dalam Program Latihan Suspensi Lansia, menekankan peningkatan kekuatan dan stabilitas yang relevan dengan gerakan sehari-hari. Menurut teori kontrol motorik, pelatihan yang melibatkan gerakan multi-sendi dan multi-otot dapat meningkatkan koordinasi neuromuskular dan kekuatan fungsional (Willardson, 2007). Hal ini penting bagi lansia karena meningkatkan kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih efisien dan mengurangi risiko jatuh.

Prinsip Perkembangan Latihan
Program Latihan Suspensi Lansia menerapkan prinsip-prinsip perkembangan latihan yang penting seperti penyesuaian sudut tubuh, posisi pegangan, dan panjang tali untuk meningkatkan intensitas latihan secara bertahap. Prinsip ini mendukung teori overload progresif, yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan kekuatan dan kebugaran, tubuh harus secara bertahap dibebani dengan tingkat intensitas yang lebih tinggi (Willardson, 2007).

Kesesuaian dan Keberlanjutan
Studi ini menunjukkan bahwa Program Latihan Suspensi Lansia dapat diterima dengan baik oleh lansia dan memberikan manfaat yang signifikan bagi mereka. Namun, penting untuk mencatat bahwa pelatihan harus diawasi dengan ketat, terutama bagi pemula, untuk menghindari cedera dan memastikan eksekusi yang tepat. Pendekatan ini mendukung teori pelatihan yang menyarankan adanya supervisi dan umpan balik yang kontinu untuk memastikan efektivitas dan keamanan latihan (Hosseini, Asl, & Rostamkhany, 2012).

Evaluasi Kelayakan
Evaluasi kelayakan menggunakan kuesioner menunjukkan bahwa Program Latihan Suspensi Lansia umumnya dianggap cocok oleh peserta. Namun, beberapa item dalam kuesioner menunjukkan diskriminasi yang kurang baik dan reliabilitas yang rendah, menunjukkan perlunya revisi lebih lanjut dan penggunaan sampel yang lebih besar untuk analisis yang lebih komprehensif (Meyer, 2014).

Kesimpulan
Program Latihan Suspensi, khususnya Program Latihan Suspensi Lansia, menunjukkan potensi besar sebagai metode pelatihan fungsional untuk lansia. Program ini tidak hanya meningkatkan kekuatan dan keseimbangan, tetapi juga diterima dengan baik oleh peserta. Meskipun demikian, pengawasan yang ketat dan penyesuaian individu diperlukan untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan risiko cedera. Studi lebih lanjut dengan ukuran sampel yang lebih besar dan pengukuran objektif diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini dan mengevaluasi dampak jangka panjang dari program ini.

Referensi:

  1. Adamo, D. E., Martin, B. J., & Brown, S. H. (2007). Age-related differences in upper limb proprioceptive acuity. Percept Mot Skills, 104(3 Pt 2), 1297-1309.
  2. Baloh, R. W., Ying, S. H., & Jacobson, K. M. (2003). A longitudinal study of gait and balance dysfunction in normal older people. Arch Neurol, 60(6), 835-839.
  3. Der, G., & Deary, I. J. (2006). Age and sex differences in reaction time in adulthood: results from the United Kingdom Health and Lifestyle Survey. Psychol Aging, 21(1), 62-73.
  4. Gaedtke, A., & Morat, T. (2015). TRX Suspension Training: A New Functional Training Approach for Older Adults – Development, Training Control and Feasibility. International Journal of Exercise Science, 8(3), 224-233.
  5. Hanson, E. D., Srivatsan, S. R., Agrawal, S., Menon, K. S., Delmonico, M. J., Wang, M. Q., & Hurley, B. F. (2009). Effects of strength training on physical function: influence of power, strength, and body composition. J Strength Cond Res, 23(9), 2627-2637.
  6. Henwood, T. R., & Taaffe, D. R. (2006). Short-term resistance training and the older adult: the effect of varied programmes for the enhancement of muscle strength and functional performance. Clin Physiol Funct Imaging, 26(5), 305-313.
  7. Hosseini, S. S., Asl, A. K., & Rostamkhany, H. (2012). The effect of strength and core stabilization training on physical fitness factors among elderly people. World Appl Sci J, 16(4), 479-484.
  8. Hughes, V. A., Frontera, W. R., Wood, M., Evans, W. J., Dallal, G. E., Roubenoff, R., & Fiatrone Singh, M. A. (2001). Longitudinal muscle strength changes in older adults: influence of muscle mass, physical activity, and health. J Gerontol A Biol Sci Med Sci, 56(5), B209-217.
  9. Meyer, J. P. (2014). Applied measurement with jMetrik. Meyer, New York.
  10. Nelson, M. E., Rejeski, W. J., Blair, S. N., Duncan, P. W., Judge, J. O., King, A. C., Macera, C. A., & Castaneda-Sceppa, C. (2007). Physical activity and public health in older adults: recommendation from the American College of Sports Medicine and the
  11. American Heart Association. Med Sci Sports Exerc, 39(8), 1435-1445.
  12. Shumway-Cook, A., Brauer, S., & Woollacott, M. (2000). Predicting the probability for falls in community-dwelling older adults using the Timed Up & Go Test. Phys Ther, 80(9), 896-903.
  13. Solberg, P. A., Kvamme, N. H., Raastad, T., Ommundsen, Y., Tomten, S. E., Halvari, H., Loland, N. W., & Hallén, J. (2013). Effects of different types of exercise on muscle mass, strength, function and well-being in elderly. Eur J Sport Sci, 13(1), 112-125.
  14. Vandervoort, A. A. (2002). Aging of the human neuromuscular system. Muscle Nerve, 25(1), 17-25.
  15. Willardson, J. M. (2007). Core stability training: applications to sports conditioning programs. J Strength Cond Res, 21(3), 979-985.