Tanah Minang dan Jejak Surga: Inovasi Visioner yang Menggugah dalam Transformasi Pelayanan Kesehatan

Oleh.  DR. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep. Ns., M.Kep., CISHR, FISQua, FRSPH, FIHFAA (Reviewer Jurnal PRAJA Observer: Jurnal Penelitian Administrasi Publik)

Mengawali Perjalanan Inovasi di Tanah Minang

Di ufuk barat nusantara, di antara perbukitan yang menjulang tinggi dan lautan yang berbisik, terletaklah Tanah Minang, sebuah wilayah yang kaya akan budaya dan tradisi. Namun, di balik keelokan alam dan kearifan lokal yang mempesona, terdapat sebuah narasi baru yang menggema di tengah masyarakatnya—narasi tentang inovasi, harapan, dan perubahan. “Masuk Surga,” sebuah inovasi yang lahir dari kedalaman pemikiran dan dedikasi para pengabdi kesehatan di UPTD Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat dan Pelatihan Kesehatan (BKOM & PELKES) Provinsi Sumatera Barat, menjadi saksi nyata bagaimana inovasi mampu mengubah wajah pelayanan kesehatan di Tanah Minang.

Inovasi: Jalan Menuju Surga di Dunia

Inovasi adalah jembatan antara mimpi dan kenyataan. Schumpeter, seorang ekonom visioner, menyebutkan bahwa inovasi adalah motor penggerak perubahan dalam masyarakat (Schumpeter, 1934). Dalam bayangan teori ini, “Masuk Surga” muncul sebagai sebuah jalan baru yang dibuka di Tanah Minang, menghubungkan harapan akan layanan kesehatan yang lebih baik dengan realitas yang ada. Program ini bukan hanya sekadar solusi, tetapi sebuah revolusi dalam cara masyarakat Minangkabau meraih kesehatan dan kesejahteraan.

Dalam tiap langkahnya, inovasi ini berakar pada interaksi harmonis antara para pemangku kepentingan, sebagaimana dipahami melalui teori sistem inovasi oleh Lundvall (1992). UPTD BKOM & PELKES, dengan dukungan penuh dari pemerintah daerah dan masyarakat, telah menciptakan sebuah ekosistem inovasi yang hidup, di mana setiap elemen saling bersinergi untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

Kepemimpinan di Tanah Minang: Melukis Masa Depan dengan Warna Inovasi

Di balik keberhasilan setiap inovasi, terdapat sosok pemimpin yang tidak hanya berani bermimpi, tetapi juga mampu mewujudkannya. drg. Afando Ekardo, MM., FISQua, FIHFAA, sosok yang membimbing UPTD BKOM & PELKES, adalah potret kepemimpinan yang menerjemahkan visi menjadi aksi nyata. Bass (1985) dalam teori kepemimpinannya menyebutkan bahwa seorang pemimpin yang transformasional mampu menginspirasi dan memotivasi timnya untuk mencapai ketinggian baru. Dalam konteks ini, Drg. Afando adalah seniman yang melukis masa depan Tanah Minang dengan warna-warna inovasi.

Kepemimpinan ini tidak berjalan sendiri; ia berpadu dengan harmoni kolaborasi yang mengalir seperti aliran sungai di Lembah Anai. Kasmir (2016) menekankan bahwa kolaborasi adalah fondasi yang memungkinkan berbagai pihak bekerja bersama dalam mencapai tujuan yang sama. Di UPTD BKOM & PELKES, kolaborasi ini tidak hanya menjadi alat untuk mencapai hasil, tetapi juga menjadi nilai yang mengakar dalam setiap langkah yang diambil.

“Masuk Surga” dan Emas yang Tersembunyi di Tanah Minang

Setiap inovasi yang lahir dari tanah yang subur akan memberikan buah yang manis. “Masuk Surga” adalah bukti nyata bahwa inovasi yang tepat dapat memberikan dampak yang mendalam pada masyarakat. Solow (1956), dalam teorinya tentang dampak ekonomi, menekankan bahwa inovasi adalah kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan. Program ini telah berhasil mengubah tidak hanya wajah pelayanan kesehatan, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan pada perekonomian lokal di Tanah Minang.

McKeown (1976), dalam teori kesehatan masyarakatnya, mengingatkan kita bahwa akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas adalah hak fundamental yang harus dipenuhi. Dengan “Masuk Surga,” masyarakat Sumatera Barat mendapatkan akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan mata, yang tidak hanya menyelamatkan penglihatan mereka tetapi juga memulihkan harapan dan kebahagiaan.

Menapaki Jalan Panjang Menuju Kesempurnaan

Meski begitu, setiap langkah inovasi selalu diiringi dengan tantangan. Di Tanah Minang yang penuh sejarah dan budaya, tantangan ini dihadapi dengan kebijaksanaan yang mendalam. Dalam teori diversifikasi yang diajukan oleh Ansoff (1957), disebutkan bahwa perluasan layanan adalah langkah strategis untuk mempertahankan keberlanjutan. UPTD BKOM & PELKES memahami bahwa program “Masuk Surga” perlu terus berkembang, melampaui batasan yang ada, dengan menambahkan layanan-layanan baru yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Selain itu, teori manajemen sumber daya oleh Barney (1991) menekankan pentingnya pengelolaan SDM yang efektif untuk mencapai keunggulan kompetitif. BKOM & PELKES harus terus mengasah keterampilan dan pengetahuan staf mereka, memastikan bahwa mereka selalu siap menghadapi perubahan dan tantangan yang datang seiring waktu. Dengan teknologi yang terus berkembang, UPTD ini juga harus berani memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan efisiensi layanan, sebagaimana diajarkan oleh teori difusi inovasi (Rogers, 1962).

Membangun Masa Depan: Menciptakan Harmoni Antara Tradisi dan Inovasi

Inovasi “Masuk Surga” tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tetapi juga telah menyentuh inti budaya dan sosial masyarakat Minangkabau. Dalam teori perubahan sosial oleh Rogers (2003), inovasi sering kali menjadi katalisator perubahan dalam norma dan nilai-nilai sosial. Di Tanah Minang, program ini telah mengajarkan masyarakat untuk lebih menghargai kesehatan, memupuk kebersamaan, dan memperkuat solidaritas yang telah menjadi ciri khas mereka sejak lama.

Hall (1997) dalam teori identitas budayanya menyebutkan bahwa layanan publik yang disesuaikan dengan budaya lokal dapat memperkuat identitas dan rasa kebersamaan di masyarakat. “Masuk Surga” bukan hanya sekadar program kesehatan, tetapi sebuah simbol kebangkitan dan kebanggaan masyarakat Minangkabau dalam menjaga warisan mereka sambil merangkul masa depan.

Menyemai Harapan di Tanah Minang

Dalam menjaga api inovasi tetap menyala di Tanah Minang, strategi jangka panjang harus diterapkan. Salah satu kuncinya adalah keterlibatan masyarakat dalam setiap langkah yang diambil. Arnstein (1969), dalam teori partisipasinya, mengingatkan kita bahwa partisipasi aktif masyarakat adalah fondasi bagi keberlanjutan program layanan publik. Di UPTD BKOM & PELKES, suara masyarakat menjadi petunjuk arah yang memandu setiap keputusan yang diambil.

Kolaborasi dengan sektor swasta juga harus terus ditingkatkan, sebagaimana yang dianjurkan oleh teori kemitraan publik-swasta (Grimsey & Lewis, 2002). Dengan menggandeng perusahaan teknologi dan institusi lainnya, UPTD BKOM & PELKES dapat memperkaya inovasi mereka, menciptakan solusi yang lebih efektif dan relevan untuk masyarakat Sumatera Barat.

Penutup: Menyambut Surga di Tanah Minang

“Masuk Surga” adalah narasi tentang harapan, perubahan, dan kebersamaan. Di Tanah Minang yang penuh dengan hikmah dan sejarah, inovasi ini telah membuka pintu menuju masa depan yang lebih cerah. Namun, seperti perjalanan menuju puncak Gunung Marapi yang penuh dengan tantangan, inovasi ini membutuhkan ketekunan, kebijaksanaan, dan semangat yang tak pernah padam.

Seperti perahu yang mengarungi samudera, inovasi “Masuk Surga” harus terus berlayar, menghadapi ombak dan badai, tetapi tetap setia pada arah yang dituju. Dan di ujung perjalanan ini, bukan hanya surga yang menanti, tetapi juga tanah Minang yang semakin sejahtera dan bermartabat.

Referensi:

  1. Afando Ekardo, Cashtry Meher, & Ahyar Wahyudi. (2024). The Influence of Leadership Innovation and Collaboration on the Performance of West Sumatra Provincial Health Service ASN. Formosa Journal of Science and Technology, 3(6), 1257–1270. https://doi.org/10.55927/fjst.v3i6.8894
  2. Ansoff, I. (1957). Strategies for Diversification. Harvard Business Review, 35(5), 113-124.
  3. Arnstein, S. R. (1969). A Ladder of Citizen Participation. Journal of the American Planning Association, 35(4), 216-224.
  4. Barney, J. (1991). Firm Resources and Sustained Competitive Advantage. Journal of Management, 17(1), 99-120.
  5. Bass, B. M. (1985). Leadership and Performance Beyond Expectations. Free Press.
  6. Chesbrough, H. W. (2003). Open Innovation: The New Imperative for Creating and Profiting from Technology. Harvard Business Press.
  7. Grimsey, D., & Lewis, M. K. (2002). Evaluating the Risks of Public Private Partnerships for Infrastructure Projects. International Journal of Project Management, 20(2), 107-118.
  8. Hall, S. (1997). Representation: Cultural Representations and Signifying Practices. Sage Publications.
  9. House, R. J. (1971). A Path-Goal Theory of Leader Effectiveness. Administrative Science Quarterly, 16(3), 321-339.
  10. Lundvall, B. Å. (1992). National Systems of Innovation: Towards a Theory of Innovation and Interactive Learning. Pinter Publishers.
  11. Masuk Surga Dipuji Mahyeldi, Dokter Inilah Inovatornya. Tribun Sumbar, 12 Oktober 2023, www.domainesia.com. Diakses pada 12 Oktober 2023.
  12. McKeown, T. (1976). The Role of Medicine: Dream, Mirage, or Nemesis?. Princeton University Press.
  13. Rogers, E. M. (1962). Diffusion of Innovations. Free Press.
  14. Rogers, E. M. (2003). Diffusion of Innovations (5th ed.). Free Press.
  15. Schumpeter, J. A. (1934). The Theory of Economic Development: An Inquiry into Profits, Capital, Credit, Interest, and the Business Cycle. Harvard University Press.
  16. Solow, R. M. (1956). A Contribution to the Theory of Economic Growth. The Quarterly Journal of Economics, 70(1), 65-94.
  17. Sumbar Jadi Provinsi Terinovatif di Ajang IGA 2023, Inovasi Unggulan ‘Masuk Sorga. Sinyalnews.com, 13 Desember 2023, www.sinyalnews.com. Diakses pada 13 Desember 2023