themoments.live – Pengantar
Pengambilan keputusan berbagi (shared decision making atau SDM) adalah jantung dari perawatan kesehatan yang berpusat pada manusia. Dalam proses ini, pasien dan profesional kesehatan berdiri berdampingan, menjalin dialog yang jujur dan terbuka untuk menemukan jalan terbaik menuju penyembuhan. SDM bukan hanya tentang memberikan pilihan, tetapi juga tentang menghormati setiap individu, menghargai pengalaman dan harapan mereka, serta memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil mencerminkan nilai-nilai yang paling dalam.
Namun, perjalanan menuju pengambilan keputusan yang sejati sering kali berliku. Bagi pasien, terlibat dalam SDM bisa menjadi pengalaman yang mendebarkan sekaligus menakutkan. Di sisi lain, bagi profesional kesehatan, menavigasi harapan dan ketidakpastian pasien menjadi tugas yang penuh tanggung jawab. Artikel ini akan menggali lebih dalam dari kedua perspektif tersebut—pasien dan profesional kesehatan—dengan menganyam teori, konsep, dan analisis kritis ke dalam narasi yang menginspirasi dan penuh empati.
Fondasi Teori dalam Pengambilan Keputusan Berbagi
Dalam memahami dinamika SDM, kita perlu melihat dasar-dasar teoritis yang menopang konsep ini. Model Makoul dan Clayman adalah salah satu pilar penting yang memandu proses SDM. Model ini menekankan pentingnya kejelasan informasi, partisipasi aktif pasien, dan konsensus yang diperoleh melalui dialog yang mendalam antara pasien dan profesional kesehatan (Makoul & Clayman, 2006). Seperti dua sahabat yang berbicara dari hati ke hati, model ini menuntut keterbukaan dan kejujuran dalam setiap langkah yang diambil.
Selanjutnya, Teori Autonomi Pasien menjadi penopang utama yang mengingatkan kita bahwa setiap individu memiliki hak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri, termasuk dalam hal kesehatan. Dalam SDM, profesional kesehatan bukanlah pengambil keputusan tunggal, melainkan fasilitator yang membantu pasien menemukan suara mereka dalam keputusan yang diambil (Beauchamp & Childress, 2019). Teori ini menyiratkan keindahan dari rasa hormat yang tulus terhadap martabat setiap manusia.
Suara Pasien: Perjalanan dalam Keterlibatan dan Keputusan
Dari perspektif pasien, terlibat dalam pengambilan keputusan medis bisa terasa seperti memasuki hutan belantara yang asing. Teori Literasi Kesehatan mengajarkan kita bahwa kemampuan pasien untuk memahami informasi medis adalah kunci untuk membuka pintu menuju keterlibatan penuh dalam SDM (Nutbeam, 2008). Pasien yang kurang paham mungkin merasa terjebak dalam kerumitan istilah medis, sehingga memilih menyerahkan kompas kepada dokter, berharap untuk dipandu dengan bijaksana.
Tidak hanya itu, Teori Stres dan Koping dari Lazarus dan Folkman (1984) memberikan wawasan tentang bagaimana emosi mempengaruhi kemampuan pasien untuk mengambil keputusan. Ketika dihadapkan pada pilihan yang sulit, tekanan emosional dapat menutupi pikiran jernih, membuat pasien merasa lebih nyaman jika keputusan itu diletakkan di tangan orang yang mereka percayai. Dalam ketidakpastian, mereka mencari bimbingan yang menenangkan, bukan sekadar jawaban yang pasti.
Namun, hubungan antara pasien dan dokter juga memainkan peran penting. Teori Hubungan Terapeutik mengingatkan kita bahwa hubungan yang dibangun di atas fondasi kepercayaan dapat memperkuat keinginan pasien untuk berpartisipasi aktif dalam SDM (Bordin, 1979). Tetapi ketika hubungan ini rapuh, pasien mungkin merasa suaranya tidak cukup kuat untuk didengar. Mereka takut keinginan mereka tenggelam dalam lautan pengetahuan medis yang mereka sendiri tidak pahami sepenuhnya.
Peran Profesional Kesehatan: Seni dalam Mengarahkan dan Mendukung
Di sisi lain, profesional kesehatan menghadapi tantangan unik dalam menerapkan SDM. Mereka harus memastikan bahwa pasien benar-benar memahami informasi yang diberikan sebelum mereka dapat membuat keputusan yang tepat. Teori Pembelajaran Dewasa dari Knowles (1980) mengingatkan kita bahwa orang dewasa belajar dengan cara yang berbeda—mereka membutuhkan relevansi langsung dan pengalaman pribadi untuk benar-benar memahami sesuatu. Ini berarti bahwa dokter tidak hanya harus memberikan informasi, tetapi juga harus menyampaikannya dengan cara yang mudah dipahami dan relevan bagi setiap pasien.
Lebih jauh, Teori Komunikasi Pasien-Dokter menekankan bahwa keberhasilan SDM sangat bergantung pada kualitas komunikasi antara pasien dan profesional kesehatan (Roter & Hall, 2006). Tanpa komunikasi yang efektif, informasi bisa terdistorsi, dan keputusan yang diambil bisa menyimpang dari apa yang sebenarnya diinginkan pasien. Dalam percakapan ini, dokter harus menjadi pendengar yang baik, seorang pengajar yang sabar, dan seorang mitra yang memahami kebutuhan dan ketakutan pasien.
Namun, tidak semua profesional kesehatan dilengkapi dengan keterampilan komunikasi yang diperlukan. Model Kompetensi Komunikasi dari Spitzberg dan Cupach (1984) menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif membutuhkan lebih dari sekadar pengetahuan medis; ini juga membutuhkan keterampilan dalam menyampaikan informasi dengan cara yang jelas dan empatik. Dalam SDM, dokter yang mampu berkomunikasi dengan baik dapat membantu pasien merasa lebih percaya diri dalam mengambil keputusan yang tepat untuk diri mereka sendiri.
Harmoni antara Pasien dan Profesional Kesehatan: Menemukan Titik Temu dalam SDM
Hubungan antara pasien dan profesional kesehatan dalam SDM adalah sebuah tarian yang halus, di mana setiap gerakan harus diselaraskan dengan hati-hati. Teori Pertukaran Sosial yang diusulkan oleh Blau (1964) menawarkan pandangan bahwa SDM adalah sebuah pertukaran yang saling menguntungkan. Pasien membawa nilai-nilai pribadi mereka, sementara dokter membawa pengetahuan medis mereka. Ketika kedua pihak bertukar informasi dan dukungan, keputusan yang diambil akan mencerminkan keseimbangan antara harapan pasien dan penilaian profesional.
Profesional kesehatan harus peka terhadap tanda-tanda bahwa pasien mungkin tidak siap atau tidak ingin terlibat dalam pengambilan keputusan. Model Responsifitas Pasien dari Epstein dan Street (2007) menunjukkan bahwa dokter harus responsif terhadap kebutuhan emosional dan kognitif pasien. Ini bisa berarti memberikan waktu ekstra, melibatkan anggota keluarga, atau sekadar menawarkan telinga yang mendengarkan tanpa menghakimi.
Di sisi lain, pasien juga harus merasa bahwa suara mereka didengar dan dihargai. Teori Kepuasan Pasien menggarisbawahi bahwa kepuasan pasien meningkat ketika mereka merasa memiliki kendali atas keputusan yang mempengaruhi hidup mereka (Andaleeb, 2001). Ketika SDM dilakukan dengan benar, pasien tidak hanya merasa dihormati, tetapi juga menjadi bagian integral dari proses perawatan mereka sendiri, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil kesehatan secara keseluruhan.
Mengatasi Hambatan: Strategi untuk Mencapai SDM yang Efektif
Mengatasi hambatan dalam SDM membutuhkan alat dan strategi yang tepat. Penggunaan Aids Keputusan atau alat bantu keputusan telah terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman pasien tentang pilihan yang mereka miliki (Stacey et al., 2017). Alat bantu ini berfungsi seperti cahaya di ujung terowongan, membantu pasien melihat dengan lebih jelas arah yang mereka pilih.
Selain itu, Model Pengajaran Interaktif menawarkan pendekatan di mana profesional kesehatan berperan sebagai fasilitator, membimbing pasien melalui proses belajar yang lebih mendalam. Dalam model ini, informasi tidak hanya disampaikan, tetapi juga dibedah dan didiskusikan, memungkinkan pasien untuk memahami dengan lebih baik dan membuat keputusan yang didasarkan pada pemahaman yang mendalam (Freire, 1970). Proses ini mengubah ruang konsultasi menjadi ruang kelas di mana dokter dan pasien belajar bersama.
Kemampuan emosional juga merupakan komponen penting dalam SDM. Pengembangan Kompetensi Emosional, seperti yang digariskan oleh Goleman (1995), menekankan pentingnya mengelola emosi dalam interaksi manusia. Dokter yang mampu mengenali dan merespons emosi pasien dengan empati akan lebih mampu mendukung pasien dalam menghadapi stres dan ketakutan, sehingga mereka bisa lebih fokus pada pengambilan keputusan yang rasional.
Pengaruh SDM yang Efektif terhadap Masyarakat
SDM yang dilakukan dengan baik tidak hanya membawa manfaat bagi individu pasien, tetapi juga menciptakan gelombang positif di seluruh masyarakat. Ketika pasien merasa didukung dan dihargai, mereka cenderung lebih terlibat dalam perawatan mereka, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan dan hasil kesehatan secara keseluruhan. Teori Penguatan Positif dari Skinner (1953) menyatakan bahwa pengalaman positif dapat memperkuat perilaku yang diinginkan. Dalam konteks SDM, ketika pasien mengalami proses yang memuaskan, mereka lebih mungkin untuk tetap terlibat dalam pengambilan keputusan di masa depan.
Lebih luas lagi, Teori Keadilan Kesehatan menekankan bahwa SDM dapat membantu mengurangi kesenjangan dalam akses terhadap perawatan kesehatan. Dengan memberikan semua pasien kesempatan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan, SDM membantu menciptakan sistem perawatan kesehatan yang lebih inklusif dan adil, di mana setiap suara, tidak peduli seberapa kecil, memiliki tempatnya (Whitehead, 1992).
Penutup
Pengambilan keputusan berbagi adalah fondasi dari perawatan kesehatan yang berpusat pada manusia. Ini adalah perjalanan yang melibatkan pasien dan profesional kesehatan dalam sebuah tarian harmonis, di mana setiap langkah dituntun oleh rasa hormat, empati, dan keinginan untuk mencapai yang terbaik bagi pasien. Namun, perjalanan ini tidak selalu mudah, penuh dengan tantangan dan hambatan yang harus diatasi.
Dengan memahami dan menerapkan teori dan model yang relevan, kita dapat membantu menavigasi jalan ini dengan lebih baik. SDM yang efektif adalah kunci untuk membuka pintu menuju perawatan yang lebih manusiawi dan inklusif. Di dunia yang semakin kompleks ini, SDM menawarkan secercah harapan untuk masa depan perawatan kesehatan yang lebih baik, di mana setiap pasien merasa dihargai, didengar, dan dipahami.
Referensi
- Makoul, G., & Clayman, M. L. (2006). An integrative model of shared decision making in medical encounters. Patient Education and Counseling, 60(3), 301-312. https://doi.org/10.1016/j.pec.2005.06.010
- Beauchamp, T. L., & Childress, J. F. (2019). Principles of biomedical ethics (8th ed.). Oxford University Press.
- Nutbeam, D. (2008). The evolving concept of health literacy. Social Science & Medicine, 67(12), 2072-2078. https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2008.09.050
- Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. Springer Publishing Company.
- Bordin, E. S. (1979). The generalizability of the psychoanalytic concept of the working alliance. Psychotherapy: Theory, Research & Practice, 16(3), 252-260. https://doi.org/10.1037/h0085885
- Knowles, M. S. (1980). The modern practice of adult education: From pedagogy to andragogy (revised ed.). Cambridge Adult Education.
- Roter, D. L., & Hall, J. A. (2006). Doctors talking with patients/patients talking with doctors: Improving communication in medical interactions. Praeger.
- Spitzberg, B. H., & Cupach, W. R. (1984). Interpersonal communication competence. Sage Publications.
- Blau, P. M. (1964). Exchange and power in social life. Wiley.
- Epstein, R. M., & Street, R. L. (2007). Patient-centered communication in cancer care: Promoting healing and reducing suffering. National Cancer Institute.
- Andaleeb, S. S. (2001). Service quality perceptions and patient satisfaction: A study of hospitals in a developing country. Social Science & Medicine, 52(9), 1359-1370. https://doi.org/10.1016/S0277-9536(00)00235-5
- Stacey, D., Légaré, F., Lewis, K., Barry, M. J., Bennett, C. L., Eden, K. B., Holmes-Rovner, M., Llewellyn-Thomas, H., Lyddiatt, A., Thomson, R., & Trevena, L. (2017). Decision aids for people facing health treatment or screening decisions. Cochrane Database of Systematic Reviews, 4. https://doi.org/10.1002/14651858.CD001431.pub5
- Freire, P. (1970). Pedagogy of the oppressed. Continuum.
- Goleman, D. (1995). Emotional intelligence: Why it can matter more than IQ. Bantam Books.
- Skinner, B. F. (1953). Science and human behavior. Macmillan.
- Whitehead, M. (1992). The concepts and principles of equity and health. International Journal of Health Services, 22(3), 429-445. https://doi.org/10.2190/986L-LHQ6-2VTE-YRRN